Pemanfaatan Pelepah Sawit Menjadi Pupuk Organik
Sobat RAS. Seperti yang kita ketahui bersama Kelapa sawit merupakan komoditi yang nihil limbah, semua bagian pohonya memiliki manfaat masing-masing. Seperti halnya pelepah sawit memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik. Pemanfaatan pelepah sawit ini menjadikan lahan perkebunan bebas dari tumpukan pelepah sawit. Saat ini seperti yang kita ketahui tumpukan pelepah sawit tersebut menjadi satu jalur diantara pohon sawit menjadi gawangan mati.
Pelepah sawit masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para petani dan pelaku usaha sawit, sehingga pelepah sawit biasanya hanya ditumpuk, dibuang dan dibakar begitu saja, hasilnya pembakaran tersebut malah bisa meningkatkan polusi udara sebagai pemicu kerusakan lingkungan. Penumpukan pelepah sawit juga sangat mengganggu dalam penerapan alat mekanisasi pertanian diperkebunan sawit. Sebagai contoh alat mekanisasi yang terganggu adalah penerapan mesin perawatan kelapa sawit. Maka dari itu pelepah sawit sebaiknya diolah menjadi limbah yang produktif dan menghasilkan, salah satunya adalah memanfaatkan pelepah sawit menjadi pupuk organik.
Pelepah kelapa sawit secara umum terbagi menjadi 3 bagian, yaitu daun, rachis dan petiole. Daun yang menempel pada pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pengomposan dapat dilakukan pengecilan ukuran melalui pencacahan. Rachis dan petiole pada pelepah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai mulsa organik. Rachis dan petiole dapat dimanfaatkan melalui mekanisme pengempaan.
Pengempaan menyebabkan jaringan ikat dalam rachis dan petiole menjadi rusak sehingga lebih mudah terurai ditanah dan dapat membantu asupan hara bagi tanaman. Sifat fisik dari daun dan pelepah sawit diantaranya adalah panjang pelepah 675.89 cm dengan berat pelepah 9.5 kg. Dimensi lebar maksimum dan minimum pelepah adalah 180 mm dan 11 mm, tinggi maksimum dan minimum pelepah adalah 64.5 mm dan 23.5 mm.
Daun sawit potensial dikonversi menjadi pupuk organik melalui proses pengomposan. Dengan cara mencacah pelepah sawit yang keras menjadi serbuk yang halus siap untuk di proses menjadi bokasi. Metode pengomposan bokashi dianggap lebih baik dari pada metode lainnya berdasarkan pertimbangan pengurangan massa dan kadungan N, P, K dan rasio C/N. Menurut Pahan (2008) pelepah sawit mengandung 2,4-2,8% nitrogen, 0,15-0,18 phosphor, 0,90-1,20% kalium dan 0,25-0,4% unsur Magnesium serta unsur hara lainnya. Kandungan haranya yang lengkap akan menghasilkan pupuk organik yang bermutu untuk mensuplai kebutuhan tanaman.
Nah. Mesti ada yang bertanya, apa sih bokasi itu? Bokhasi adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam microba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic atau anaerobik. Sedangkan proses bokhasi adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat bokhasi adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar bokhasi dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator bokhasi. Indriani (2012).
Dimensi cacah daun sawit berukuran lebih kecil lebih direkomendasikan terkait dengan kemampuan mikroorganisme yang lebih baik dalam mengurai bahan organik yang berukuran lebih kecil. Kombinasi proses pengomposan dengan metode bokashi dengan ukuran cacahan daun sawit 2 cm dan durasi pengomposan 10 minggu dipilih sebagai kombinasi kondisi proses pengomposan yang optimal.
Kini telah hadir mesin pencacah daun sawit dan pengempa pelepah sawit, mesin telah berhasil dirancangan dengan tiga unit utama yaitu unit penggunting daun sawit, pengempa pelepah sawit dan pencacah daun sawit. Hal ini mempermudah pengolahan pelepah sawit menjadi pupuk organik. Namun jika anda belum mempunyai alat ini, anda bisa melakukannya telebih dahulu denga cara manual, namun mengingat kerasnya pelepah sawit untuk dihancurkan, sebaiknya anda menggunakan alat pencecah (chopper) untuk mempermudah pekerjaan anda.
Biaya pengelolaan pelepah sawit merupakan fungsi dari biaya pengumpulan pelepah sawit, transportasi pelepah sawit, proses pengomposan dan aplikasi kompos ke lapangan. Ada dua skenario yang digunakan dalam menganalisis kelayakan finansial penggunaan mekanisasi dalam penanganan pelepah sawit.
Skenario pertama adalah tempat pengolahan kompos berada di titik pusat afdeling. Skenario kedua adalah membangun dua unit pengolahan limbah pelepah sawit dalam satu afdeling. Analisis finansial dari kedua skenario tersebut menunjukkan bahwa samasama layak untuk diusahakan. Perbandingan antar parameter analisis finansial dari skenario yang dicoba menunjukkan bahwa skenario pertama lebih unggul dari pada skenario kedua.
Jumlah biaya yang diinvestasikan pada skenario pertama adalah sebesar Rp 3,842,031,932 dengan nilai NPV, Net B/C, IRR, PBP, BEP masing-masing adalah Rp 766,518,333, 1.25, 25%, 8.09 tahun, 23,290.72 ton. Model pengelolaan yang dirancang dapat dijalankan dengan baik untuk menghitung biaya dan pendapatan yang diperoleh dalam pengelolaan pelepah sawit secara mekanis secara menyeluruh. Model pengelolaan pelepah sawit terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antar komponen-komponen yang terlibat dalam pengelolaan pelepah sawit.
Perubahan nilai input atau masukan dari setiap komponen akan mempengaruhi nilai komponen yang lain. Model pengelolaan pelepah sawit secara mekanis merupakan suatu kajian rekayasa yang dapat digunakan untuk merancang usaha pengelolaan pelepah sawit pada perkebunan kelapa sawit. Model pengelolaan pelepah sawit menjadi kompos dan mulsa yang dibangun menunjukkan bahwa pengelolaan pengelolaan pelepah sawit menjadi kompos dan mulsa dapat dipersiapkan dari periode penanaman dan akan berakhir 5 tahun sebelum periode replanting.
Demikian pembahasan tentang pemanfaatan pelepah sawit menjadi pupuk organik yang bisa bernilai ekonomi tinggi jika diolah dengan benar dan maksimal.
Source info: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/83521
Tags: Biofungisida Nogan, fungsi pupuk hayati, manfaat pelepah sawit, Nogan, nogan indonesia, nogan pekanbaru, pupuk hayati, pupuk nogan pekanbaru, pupuk organik artinya, pupuk organik cair, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati, pupuk organik dari pelepah sawit, pupuk organik granule nasa, pupuk organik gresik, pupuk organik hayati, pupuk organik hayati cair, pupuk organik indonesia, pupuk organik kompos, pupuk organik nasa, pupuk organik nogan, pupuk organik untuk budidaya tanaman, pupuk organik untuk sawit
Pemanfaatan Pelepah Sawit Menjadi Pupuk Organik
Sobat RAS. Pasti sudah sering mendengar tentang pupuk hayati, biasanya orang akan menganggap bahwa pupuk ini sama halnya dengan pupuk... selengkapnya
TTKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) di Indonesia adalah limbah padat pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Jika dihitung produksi... selengkapnya
Pemberian aplikasi Pupuk Organik Biofungisida NOGAN pada tanaman dimulai dari benih dan juga pada bibitan terbukti mampu menjadikan tanaman tumbuh... selengkapnya
Pupuk Organik Biofungisida Nogan dan Vermibio Plus Berikut testimoni petani sawit yang telah menggunakan Pupuk Organik Biofungisida Nogan dan Vermibio... selengkapnya
Jamur Ganoderma sangat menyukai cuaca yang lembab, oleh karena itu sebaiknya para petani harus mewaspai jika sudah masuk musim penghujan.... selengkapnya
Sobat Ras, Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan biofungisida adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme... selengkapnya
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara makhluk hidup di dalamnya dengan lingkungan. Ekosistem di tanah berarti hubungan antara makhluk hidup... selengkapnya
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas penting yang menjadi sumber devisa negara. Kelapa sawit membutuhkan hara dalam jumlah besar, sehingga pemupukan... selengkapnya
Sobat RAS. Penggunaan pupuk organik sudah berkembang pesat di Indonesia. Kesadaran akan bahayanya pupuk kimia yang bisa menimbulkan banyak dampak... selengkapnya
Perkebunan sawit merupakan salah satu infustri yang tahan banting dengan bencana covid-19 yang melanda seluruh dunia. Dibuktikan dengan semakin melejitnya... selengkapnya
Dekomposer EB DEC adalah biodekomposer berbahan aktif jamur pengurai bersifat termofilik yang diformulasi khusus untuk mendekomposisikan janjang kosong sawit, prinsip… selengkapnya
Rp 268.500NOGAN TRICHODERMA Sebagian besar jamur patogen maupun serangga pengganggu umumnya memiliki dinding sel yang terbuat dari chitin. Cara efektif mematikan jamur… selengkapnya
Rp 160.000Pupuk Organik Micorin adalah konsorsium jamur mikoriza arbuskular dan bakteri rizosfir/bakteri akar tanah untuk membantu akar tanaman meningkatkan penyerapan unsur hara dari… selengkapnya
Rp 680.000Pupuk Organik Lumbrico Plus Pupuk Organik Lumbrico Plus adalah pupuk organik, dimana bahan organik yang digunakan adalah satu-satunya yang mengandung… selengkapnya
Rp 231.250Produk NOGAN TRICHO BASSIANA adalah biopestisida yang DAHSYAT, HANDAL dan RAMAH untuk mengendalikan hama insekta yang menyerang tanaman. Mengandung bahan… selengkapnya
Rp 160.000Biofungisida NOGAN adalah biofungisida berbasis Trichoderma spp, untuk tanaman pangan, holtikultura dan tanaman perkebunan seperti sawit, karet dan HTI. PENTING… selengkapnya
Rp 330.000
Saat ini belum tersedia komentar.